Contoh LEMBAR PERSIAPAN MENYULUH (LPM)

Lembar Persiapan Menyuluh (LPM)

Judul          :     Pembuatan Silase Jagung Sebagai Pakan Alternatif Pengganti Hijauan pada ternak Sapi Perah

Tujuan         :    Menjelaskan, Mengetahui, dan meningkatkan keterampilan                                  peternak tentang cara membuat silase Jagung
Metode        :      Ceramah, diskusi kelompok, demonstrasi cara
Media          :      Folder, dan Power Point.
Tempat         :      Rumah Ketua Kelompok Tani Ternak Sapi Perah ”Rias”                
Alat Bantu    :      Alat tulis, alat hitung dan kertas, media infokus (LCD Projector) dll.
Waktu          :       90 Menit

Pokok Kegiatan
Uraian Kegiatan
Waktu
Keterangan
Pembukaan
1.     Perkenalan
2.     Maksud dan tujuan
5 menit

Isi / Materi
1.   Pengertian serta manfaat Silase Jagung sebagai pakan alternatif sapi perah.

2.   Kesediaan peternak dalam membuat silase jagung

3.   Cara pembuatan Silase Jagung
·      Alat dan Bahan
·      Langkah Kerja
·      Penyimpanan serta metode pemberian.
·      Hasil silase jagung.
10 menit



10 menit


35 menit

Diskusi
1.      Tanya jawab
20 menit

Penutup
1.   Kesimpulan hasil pertemuan
2.   Penutup pertemuan
10 menit

a.       Kompetensi Dasar
Setelah melakukan penyuluhan ini sasaran menjadi tahu, timbul minat dan bersedia untuk membuat pakan alternatif berupa silase sebagai pengganti hijauan.
b.      Indikator Pencapaian
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan ini sasaran dapat membuat pakan berupa selase jagung untuk mengantisipasi kurangnya suplay hijauan bagi ternak sapi perah.

c.       Materi Penyuluhan
Pembuatan silase jagung sebagai alternatif ketahanan pakan hijauan pada ternak sapi perah, dengan rincian materi terlampir setelah Lembar Persiapan Menyuluh ini.
d.      Evaluasi Penyuluhan
Dilakukan dengan cara tabulasi data sesuai hasil pengisian kuisioner kepada sasaran di awal kegiatan sebelum penyuluhan (Pra test) dan kemudian dilanjutkan dengan pengisian kuisioner (Post testpada kegiatan selanjutnya yakni pelaksanaan demonstrasi cara,  kemudian jawaban yang diterima dari sasaran diolah untuk mengukur tingkat Efektifitas Penyuluhan (EP) dan Efektifitas Perubahan Perilaku sasaran (EPP).

Magelang,     Juni 2014
Mahasiswa,


Shandy Fredik Rumbiak
                                                                                                        Nirm. 06 24 10 389



Contoh Penulisan ABSTRAK pada Karya Ilmiah Penugasan Akhir (KIPA)

RESPON PETERNAK TERHADAP PEMBUATAN SILASE JAGUNG SEBAGAI PAKAN ALTERNATIF TERNAK SAPI PERAH DI KELOMPOK TANI RIAS DESA KOPENG KECAMATAN GETASAN

Oleh :
Shandy Fredik Rumbiak
Nirm. 06 2 4 10 389

ABSTRAK

Penelitian dilaksanakan di Kelompok Tani ternak sapi perah ‘Rias’ Desa Kopeng  Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang , tanggal 10 Mei sampai 10 Juli 2014 dengan tujuan mengetahui tingkat respon yang dimiliki oleh peternak tentang pembuatan silase jagung sebagai pakan alternatif ternak sapi perah. Alat dan bahan yang digunakan yaitu kuisioner sebagai instrument untuk pengukuran respon, sedangkan alat dan bahan lainnya yang digunakan dalam pembuatan silase yaitu timbangan, sabit/parang, drum plastik (silo), ember, tetes tebu (molasses), daun jagung, dedak halus, dan EM4.
Rancangan penelitian menggunakan kajian deskriptif komperatif dengan 3 variabel pengukuran respon yaitu pengetahuan, sikap, dan keterampilan melalui 2 perlakuan atau perbandingan yakni pra test yang dilakukan sebelum kegiatan penyuluhan dan post test yang dilakukan setelah kegiatan penyuluhan. Data analisis menggunakan uji statistik berpasangan atau uji ‘t’ berpasangan (paired t-test) untuk membandingan hasil korelasi yang signifikan.
Hasil uji statistik menunjukan bahwa adanya peningkatan serta perbedaan secara nyata atau signifikan pada respon peternak sebelum kegiatan penyuluhan setelah dilakukan kegiatan penyuluhan. Kajian ini disimpulkan bahwa terjadi peningkatan respon peternak melalui aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan dari 31,89 menjadi 61,62 atau meningkat sebesar 29,72 dengan EP 82,16% dan EPP 68,95%.

Kata kunci : Respon, Silase, Daun  jagung, Sapi perah.

Teknologi PHP Peternakan - Resume Mahasiswa STPP Magelang JURLUHNAK



RESUME PERKULIAHAN - TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PETERNAKAN
Oleh : Shandy F. Rumbiak/Nirm 06 24 10 389


I.         Daging dan Olahannya

A.    Definisi dan Ciri daging

Daging diperoleh setelah otot berubah melalui proses penyembelihan atau ternak dimatikan. Selama dan segera setelah penyembelihan ternak, otot mengalami perubahan-perubahan yang mempengaruhi sifat-sifat dan kualitas daging. Daging didefinisikan sebagai semua jaringan tubuh hewan dan produk hasil olahannya yang sesuai untuk dikonsumsi. Daging harus tidak menimbulkan gangguan kesehatan bagi yang mengkonsumsinya. Termasuk ke dalam definisi daging di atas adalah organorgan seperti hati, ginjal, otak, paru-paru, jantung, limfa, pankreas dan jaringan otot.
Daging tersusun atas berbagai macam jaringan tubuh seperti jaringan adiposa, jaringan ikat, jaringan saraf, jaringan epitel dan jaringan otot. Jaringan otot merupakan komponen terbesar dari daging sehingga pembahasan mengenai daging lebih banyak mempelajari sifat dari jaringan otot ini, khususnya otot sekeletal. Namun demikian yang sering dijadikan pembahasan tentang daging adalah hanya urat daging (jaringan otot skeletal) yang dikonversikan menjadi daging setelah hewan dipotong. Bila merujuk pada SNI 01-3947-1995 dan SNI 01-3948-1995 maka daging sapi/kerbau dan kambing/domba dideskripsikan sebagai urat daging yang melekat pada kerangka, kecuali urat daging pada bagian bibir, hidung dan telinga yang berasal dari sapi/kerbau yang sehat waktu dipotong. Sementara untuk daging kuda belum dicantumkan dalam Standar Nasional Indonesia (SNI).
Daging dapat dikategorikan berdasarkan asalnya (jenis ternaknya), yaitu a) daging merah meliputi daging sapi, babi, kambing, domba, rusa, kerbau, dan lain-lain. b) daging putih meliputi semua jenis unggas, c) daging ikan, yaitu semua produk-produk ikan dan laut.
B.    Perlakuan Daging Sebelum Pengolahan

1)     Pemotongan / peneyembelihan
Dalam proses atau aturan penyembelihan pada umumnya darah harus dikeluarkan sebanyak mungkin dan kemudian ternak dikuliti (babi tidak dikuliti, tetapi dihilangkan bulu-bulunya saja; unggas dicabuti bulunya) dengan cara ternak digantung pada posisi kaki belakang di atas (unggas tidak harus demikian). Setelah dicabuti atau dibului, saluran pencernaan dan organ-organ dalam lainnya dikeluarkan dengan cara membelah bagian abdomen (perut) hingga ke dada ternak. Kemudian kaki depan dan belakang serta kepala dipotong maka jadilah karkas. Jadi, istilah karkas untuk sapi, kerbau, kuda, kambing, domba dan hewan-hewan sejenisnya adalah tubuh ternak yang telah dihilangkan kepala, kaki, dikuliti, darah, organ pencernaan, organ dalam lainnya. Untuk unggas adalah tubuh ternak yang telah dikurangi bulunya, kepala hingga leher, kaki, organ pencernaan dan organ dalam lainnya kecuali ginjal dan paru-paru.
Dalam perdagangan internasional, pemotongan karkas biasanya mengikuti suatu aturan tertentu dan bagian-bagian potongannya juga memiliki nama-nama tertentu. Sebagian produsen menjual dalam bentuk karkas utuh, sebagian lagi dalam bentuk potongan setengah, seperempat dan retail cut. Potongan karkas setengah ditentukan dengan cara membelah karkas menjadi du bagian sama besar, yaitu dari tengah-tengah tulang belakang dari leher hingga ekor. Bila potongan karkas setengah ini dibagi dua melalui tulang rusuk ke-12 dan ke-13 maka masing-masing potongannya disebut dengan karkas seperempat (quarter).

2)     Pelayuan Daging
Pelayuan merupakan penanganan karkas dengan cara menggantung atau menyimpan pada tempat tertentu dan pada temperatur di bawah temperatur kamar dan di atas temperatur beku daging (-1,50C). Selama pelayuan ini, akan terjadi peningkatan keempukan dan flavor daging dan penyelesaian proses-proses fisiologis otot postmortem (setelah disembelih). Proses fisiologis ini yang pasti terjadi adalah rigor mortis, yaitu suatu kekakuan otot yang terjadi setelah penyembelihan. Proses kekakuan ini merupakan kontraksi otot yang ireversibel. Bila daging diperoleh dari karkas yang masih rigor mortis maka daging akan terasa lebih alot/keras. Oleh karena itu proses rigor mortis harus dilalui.
Pelayuan dengan cara menggantung karkas akan mengurangi pemendekan otot akibat rigor mortis karena secara fisik, penggantungan menyebabkan gaya berat karkas menahan proses kontraksi otot. Selain itu dengan adanya pelayuan maka memberikan kesempatan enzim proteolitik untuk mendegradasi protein-protein serat sehingga menjadikan daging terasa lebih empuk.


C.    Pengolahan Daging


Secara umum produk-produk olahan daging merupakan penerapan teknik industri yang dapat terdiri dari :
1)     Sosis
Sosis atau sausage berasal dari bahasa latin salsulus yang berarti digarami. Jadi sosis sebenarnya merupakan daging yang diolah melalui proses penggaraman. Berdasarkan prosedurnya, sosis merupakan makanan yang dibuat dari daging (atau ikan) yang digiling dan dibumbui dan kemudian dimasukkan ke dalam selongsong bulat panjang. Selongsong dapat berupa usus sapi ataupun buatan. Proses pembuatan sosis melalui beberapa tahap, yaitu curing, pembuatan adonan, pengisian selongsong, pengasapan (untuk sosis asap) dan perebusan.
2)     Bakso
Bakso merupakan produk olahan daging yang populer di kalangan masyarakat Indonesia. Tahapan pembuatannya meliputi curing (bila diperlukan), penggilingan, pembuatan adonan, pembentukan bulatan dan perebusan hingga bulatan bakso mengapung. Bahan-bahan yang digunakan adalah daging, tepung, garam dan bumbu-bumbu.
3)     Kornet
Kornet adalah bahan olahan daging yang diawetkan. Pembuatannya merupakan campuran dengan bumbu-bumbu, garam dan nitrit. Prosesnya adalah curing, penggilingan, pembumbuan, pengalengan dan sterilisasi.
4)     Abon
Abon merupakan produk olahan daging dengan cara disuwir. Prosesnya: daging direbus hingga empuk kemudian dipuku-pukul dan disuwir-suwir. Tambahkan bumbu-bumbu yang telah dihaluskan . Tambahkan santan dan direbus dalam pada api yang kecil hingga agak kering. Kemudian ditumbuk hingga hancur.
5)     Dendeng
Dendeng merupakan salah satu makanan tradisional Indonesia. Dendeng termasuk makanan semi-basah, yaitu mengandung kadar air antara 15 – 50%. Dendeng juga merupakan produk olahan daging yang diproses secara kombinasi antara curing dan pengeringan. Dendeng ada dua jenis, yaitu dendeng iris dan dendeng giling.
Dendeng iris dibuat dengan mengiris dendeng kira-kira setebal 3 mm kemudian dicampurkan dengan bumbu-bumbu dan curing selama satu malam. Kemudian dendeng dijemur hingga kering. Pengeringan bisa dilakukan dengan menggunakan oven.
6)     Nugget
Nugget biasanya dibuat dari daging ayam tetapi semua daging bisa dibuat nugget. Bahan untuk membuat nugget adalah daging, garam, bumbu-bumbu, tepung, kuning telur, bisa ditambahkan susu full cream dan lain-lain.
Proses pembuatannya meliputi tahap penggilingan daging, pembentukan adonan (campur dengan bumbu dan bahan lainnya), pencetakan dan dikukus selama 45 menit, pemotongan, pelapisan dan penggorengan.




II.           Telur dan Olahannya

A.    Definisi dan Gambaran umum telur

Telur pada dasarnya adalah bakal calon individu baru yang dihasilkan dari individu betina. Bila terjadi pembuahan maka telur akan berkembang menjadi embrio dan selanjutnya terbentuk individu baru setelah lahir atau menetas.
Istilah telur merujuk pada sel telur yang berkembang pada saluran reproduksi aves betina. Karena komposisi telur merupakan zat nutrisi yang edibel maka selanjutnya telur diproduksi untuk konsumsi manusia. Bahkan telah lama berkembang teknologi peternakan (terutama rekayasa genetika dan nutrisi) yang menghasilkan ayam yang hanya bertelur dan selanjutnya menjadi industri telur. Telur yang biasa dikonsumsi saat ini berasal dari ayam-ayam yang ”diciptakan” khusus untuk selalu bertelur yang disebut dengan ayam ras petelur. Namun demikian jenis ayam ataupun unggas lainnya juga bisa menghasilkan telur baik yang dibuahi maupun yang tidak dan dijadikan bahan makanan bagi manusia dengan tingkat kualitas yang relatif sama.
Sebagai bahan makanan, telur juga memiliki karakteristik sebagaimana bahan makan lainnya. Diantara sekian bahan makanan asal hewani, telur relatif lebih tahan lama pada kondisi penyimpanan suhu kamar karena telur memiliki kulit yang mampu melindungi isinya. Padahal isi telur merupakan bahan yang kaya nutrisi dan mudah terkontaminasi mikroba. Meskipun memiliki kulit, telur tidak bisa diperlakukan secara sembarangan karena a) kulit telur tidak sekuat dan seliat kulit buah-buahan, b) kulit telur tipis dan rigit sehingga mudah retak dan pecah, c) kulit telur memiliki pori-pori sehingga mudah terjadi pertukaran udara dan ini membutuhkan kondisi penyimpanan dengan kelembaban dan temperatur tertentu dan d) bentuk telur yang tidak seragam sehingga menyulitkan dalam sistem penanganan mekanis secara terus menerus.
B.    Struktur dan Komposisi telur

Secara ringkas, struktur telur adalah sebagai berikut:
        Kerabang +10%
        Putih Telur (Albumen) + 60%
        Kuning Telur (Yolk) + 30%
        Perbandingan kerabang, albumen, yolk :
-        Pada telur ayam = 12,3% : 55,8% : 31,9%
-        Pada itik = 12% : 52,6% : 35,4%

Kerabang telur tersusun atas garam-garam anorganik terutama zat kapur dalam bentuk CaCO3 yang menyebabkan kulit telur menjadi keras. Kerabang juga memilik pori-pori. Di sebelah dalam kerabang terdapat albumen. Pada telur yang masih baru, bentuk albumen menyerupai bentuk oval telur bila dipecah. Albumen ini banyak mengandung protein albumin. Diantara protein-protein tersebut adalah ovalbumin yang berperan sebagai struktur pada produk-produk olahan yang dipanggang/bakar, ovotransferin berperan mengikat logam penyebab kerusakan warna; ovomucoid berperan penghambat protease; ovomucin berperan sebagai protein serat menyebabkan buih pada telur stabil dan globulin yang penting dalam pembentukan buih pada olahan telur.
Bagian dalam dari albumen adalah kuning telur (yolk). Pada yolk ini selain mengandung protein juga mengandung lemak dan zat warna kuning (karotenoid). Kuning telur bentuknya hampir bulat berada di tengah-tengah telur.
Struktur lain pada sebutir telur adalah kantung udara. Letaknya di bagian tumpul telur dan berfungsi sebagai sumber oksigen bagi embrio pada telur yang dibuahi. Ukuran kantung udara ini dapat dijadikan sebagai penentu umur telur. Semakin besar ukuran kantung udara maka semakin besar ukuran kantung udaranya.


Berikut ini adalah komposisi kimia telur yang dirinci dalam table dibawah :

Bagian
%
Air
Protein
Lemak
CHO
Seluruh
100
74,6
12,1
11,2
1,2
Albumen
58
88,0
10,1
0,2
0,8
Yolk
31
48,0
16,4
32,9
2,0



C.    Penanganan dan Pengolahan Telur

Penanganan telur dimaksudkan agar telur memiliki daya simpan yang lebih lama. Telur akan menurun kesegarannya bila telah lebih ari 7 hari. Telur yang sudah tidak segar akan terasa kocak bila digoyang-goyang yang menandakan isinya telah lemah dan bila dipecah maka bentuknya sudah mendatar.
Pengolahan telur pada umumnya yang sering ditemui terdiri dari beberapa jenis pengolahan, antara lain :
1)     Telur asin
Prinsipnya adalah dengan membungkus atau merendam material adonan yang asin selama waktu tertentu. Bahan yang biasa digunakan adalah serbuk batu bata merah dan garam serta ditambahkan sedikit air hangat. Perbandingan antara serbuk batu bata merah dengan garam adalah 10:50 s.d. 50:50. Penambahan air hangat kemudian diaduk-aduk hingga merata dan terbentuk semacam pasta. Telur yang telah dibersihkan kemudian dibenamkan atau dibungkus dengan pasta serbuk batu bata selama 2 minggu.

2)     Telur Pindang
Telur direbus dalam air garam dengan perbandingan garam:air adalah 1:10 s.d. 10:10, kemudian ditambah dengan bahan lainnya seperti ; daun jambu biji, bawang putih, bawang merah, lengkuas, daun sereh dan daun salam. Perebusan dilakukan hingga mendidih. Daya simpan pindang telur sekitar 5 hari.






TUGAS – RESUME PERKULIAHAN
“TEKHNOLOGI PENANGANAN DAN PHP”



DOSEN PENGAMPU ;
MOCH. DAMIRI, SST, MP




 



Oleh :

SHANDY FREDIK RUMBIAK
Nirm. 06.2.4.10.389
---------------------------------------------------------------------------------


DEPARTEMEN PERTANIAN
SEKOLAH TINGGI PENYULUHAN PERTANIAN (STPP) MAGELANG
JURUSAN PENYULUHAN PETERNAKAN
2013