Seputar STPP MAGELANG





PEMILIHAN KETUA SEMA DAN PRESIDEN BEM
SEKOLAH TINGGI PENYULUHAN PERTANIAN MAGELANG
JURUSAN PENYULUHAN PETERNAKAN
PERIODE TAHUN 2012 - 2013







A. Peserta Pemilihan Ketua SEMA dan Presiden BEM STPP Magelang








B. Pembukaan








C. Menyanyikan Lagu Indonesia Raya






D. Sambutan Mantan PRESIDEN BEM






E. Penyampaian VISI MISI oleh CALON BEM dan SEMA





F. Pembacaan Tata Tertib Pemilihan oleh Dewan Presidium








G. Pelaksanaan Pemilihan/Pemungutan Suara








H. Perhitungan Hasil Perolehan Suara







I.. Presiden BEM Terpilih Periode 2012/2013

MUDJITO....Presiden BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA STPP Magelang
Periode 2012/2013




J. Ketua SEMA Terpilih Periode 2012/2013


JOKO WIYONO...Ketua SENAT MAHASISWA STPP Magelang Periode 2012/2013





Magelang, 15 Februari 2012

                                                                                                                                     TTD

                                                                                                                                      PANITIA



S E K I A N . . . !!!
Diagnosa Penyakit Dengan Mempelajari Feses
 
Di lapangan atau peternakan yang tidak memiliki tenaga medis (dokter hewan atau paramedis veteriner) sering mengalami kesulitan dalam penanganan sebuah kasus, akibatnya penyakit tersebut tidak mampu ditangani secara tuntas sehingga kejadiannya berulang dan akhirnya menyebabkan kerugian ekonomi yang terus-menerus. Untuk mengatasi sebuah penyakit, tentunya harus diketahui terlebih dahulu penyebab penyakit tersebut dengan cara diagnosa penyakit. Walaupun yang berwenang dan memiliki kemampuan mendiagnosa penyakit secara benar hanya dokter hewan, pemilik peternakan atau yang berhubungan dengan dunia peternakan tetap harus mengetahui beberapa teknik diagnosa sederhana untuk mengetahui penyebab penyakit, sehingga mampu menentukan langkah terapis sementara yang harus dilakukan sebelum datang dokter hewan. Langkah pengobatan yang dilakukan tersebut tentunya hanya sebatas pengobatan simptomatis atau pengobatan berdasarkan gejala klinis yang nampak pada saat pemeriksaan.

Salah satu gejala klinis yang nampak pada ternak yang menderita suatu penyakit adalah mencret atau diare. Pada dasarnya mencret atau diare adalah sebuah gejala klinis yang menunjukkan adanya perubahan fisiologis atau patologis di dalam tubuh terutama saluran pencernaan. Gejala yang bisa kita perhatikan dari mencret meliputi perubahan konsistensi (keras atau tidaknya) feses, warna feses, bau feses, dan keberadaan benda atau bahan yang terbawa di dalam feses pada waktu feses keluar.     

Berdasarkan konsitensinya kita mengenal kelainan feses berupa feses yang keras sekali sehingga menyebabkan konstipasi atau kesulitan buang kotoran. Ada juga feses yang lembek bahkan sampai cair sekali seperti lumpur. Kemudian berdasarkan warnanya ada feses yang berwarna hijau, merah, dan hitam seperti ter. Selanjutnya jika dilihat dari baunya ada feses yang berbau amis normal, bau pakan (seperti bau rumput), bau asam, dan bau busuk. Terakhir kita juga sering melihat ada benda atau bahan tertentu seperti lendir, luruhan sel mukosa usus, segmen cacing pita, gumpalan darah segar, dan terkadang ada cacing kremi yang terbawa di dalam feses. Tanda-tanda tersebut di atas dapat dijadikan dasar untuk menentukan penyebab penyakit. Dengan mengetahui penyebab penyakit kita akan mengetahui langkah pengobatan yang tepat, sehingga penyakit tersebut dapat ditangani secara tuntas.
Teknis diagnosa penyakit berdasarkan mencret yang dimaksud pada tulisan ini dilakukan dengan cara menggabungkan gejala-gejala yang terjadi pada feses seperti penjelasan di atas. Feses yang lembek sampai cair tanpa disertai perubahan lainnya menunjukkan ada perubahan fisiologis di dalam saluran pencernaan. Perubahan fisiologis tersebut disebabkan oleh adanya perubahan lingkungan ternak, meliputi perubahan pakan, perpindahan ternak, perubahan cuaca, dan pergantian pemelihara. Karena kejadian tersebut hanya merupakan perubahan fisiologis, maka pengobatan terhadap mencret seperti itu hanya dengan memberikan obat-obatan untuk menghentikan mencret (obat anti mencret). Sedangkan feses dengan konsistensi yang keras dapat diobati dengan memberikan pencahar atau obat untuk mempermudah buang kotoran.

Feses yang berwarna hijau seperti bubur rumput menunjukkan bahwa di dalam saluran pencernaan tersebut hanya terjadi perubahan fisiologis sehingga hanya diobati dengan obat anti mencret. Sedangkan feses yang berwarna merah dan hitam menunjukkan telah terjadi infeksi di dalam tubuh. Infeksi yang terjadi di dalam tubuh biasanya disebabkan oleh bakteri, protozoa, parasit darah atau sesekali disebabkan oleh virus. Dengan demikian pengobatan yang diberikan berupa antibiotika untuk membunuh bakteri dan multivitamin untuk meningkatkan ketahanan tubuh sehingga tubuh mampu melawan infeksi virus yang menyerangnya. Jika disertai adanya lendir yang berbau amis ada kemungkinan disebabkan oleh protozoa dan parasit darah sehingga harus diberikan antibiotika dari golongan sulfa.

Adanya feses yang encer disertai bau amis dan bau hijauan diobati dengan obat anti mencret karena hanya terjadi perubahan fisiologis di dalam saluran pencernaan. Sedangkan feses yang berbau busuk biasanya menunjukkan telah terjadi infeksi oleh bakteri, protozoa atau parasit darah, sehingga diobati dengan antibiotika golongan sulfa. Selanjutnya apabila feses yang dikelurkan berbau asam ada kemungkinan telah terjadi asidosis. Pengobatan yang diberikan bisa berupa obat-obatan pencahar ringan untuk mengeluarkan asam dan obat-obatan untuk mengurangi kembung, karena biasanya apabila terjadi asidosis akan disertai  dengan kembung perut (tympani).  

Lendir yang terbawa di dalam feses disertai bau amis menunjukkan telah terjadi infeksi oleh protozoa. Sedangkan gumpalan darah yang ikut terbawa oleh feses menandakan adanya infeksi oleh bakteri, parasit darah atau virus. Tetapi apabila lendir yang terbawa berupa luruhan sel mukosa lambung atau usus dapat diartikan bahwa pakan hijauan yang diberikan terlalu kasar atau serat kasarnya terlalu tinggi sehingga mengiritasi mukosa lambung atau usus. Untuk yang disebabkan oleh serat kasar yang terlalu tinggi harus ditangani dengan cara memberikan hijauan yang lebih muda atau campuran antara hijauan yang tua dengan yang lebih muda. Dengan kata lain dapat dicegah dengan perbaikan manajemen pemberian pakan. Kemudian jika yang terbawa berupa segmen cacing pita atau cacing dewasa dari cacing kremi, maka diobati dengan pemberian obat cacing dan multivitamin bagi ternak yang menunjukkan gejala sakit, sedangkan untuk ternak yang lainnya diberikan pengobatan cacing secara rutin dan teratur.
Hal yang lebih penting dari penjelasan tentang pengobatan berbagai penyebab mencret di atas adalah penanganan mencret itu sendiri yang menyebabkan tubuh kehilangan cairan terutama air, bikarbonat, sodium, dan potassium. Penanganan bagi ternak yang terkena mencret dengan cara penggantian cairan tubuh yang hilang, yaitu dengan memberikan cairan elektrolit secara intra vena atau sub cutan sampai normal kembali.
Demikian salah satu teknik diagnosa dan penanganan penyakit secara sederhana yang dapat kita peroleh dengan mempelajari kotoran yang dikeluarkan dari lubang yang kotor, namun mudah-mudahan dapat menjadi ilmu yang bermanfaat. Salam....

Makalah Bioteknologi_TEKNOLOGI PEMBUATAN FORMULA PAKAN TERNAK DOMBA DARI LIMBAH KOPI


TEKNOLOGI PEMBUATAN FORMULA PAKAN TERNAK DOMBA DARI LIMBAH KOPI

 
I.              PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Domba adalah jenis ternak ruminansia kecil yang melekat dan penting dalam kehidupan petani di pedesaan. Preferensi masyarakat terhadap budidaya ternak domba dilahan marjinal cukup kuat, maka wajar bahwa populasinya sangat dominan dibandingkan dengan ternak lainnya. Di samping sumberdaya alam yang terbatas, status ekonomi di lahan marjinal juga berkontribusi terhadap dorongan masyarakat di daerah tersebut dalam memilih ternak domba sebagai salah satu peluang usaha pertanian, karena ternak ini dapat beradaptasi pada kondisi lingkungan kurang baik. Disayangkan bahwa budidayanya masih bersifat memelihara dan belum merupakan usaha peternakan domba yang mempertimbangan kelayakan finansial. Fenomena ini konsisten dengan laporan Knipsceer dkk. (1994), bahwa budidaya ternak ruminansia kecil polanya bersifat tradisional dengan pemberian pakan seadanya sesuai dengan bahan yang dapat ditemukan. Prawirodigdo dkk. (2004) melaporkan bahwa petani cenderung mengambil pakan hijauan alami dari tumbuh-tumbuhan liar dalam kuantitas sangat berlebihan. Dampak pengurasan sumberaya alam ini tidak hanya menyebabkan tanah gundul, tetapi juga mengakibatkan tanah rawan erosi, haranya mudah tercuci, kesuburannya menjadi sangat rendah, dan akhirnya menimbulkan paceklik pakan. Oleh karena itu tidak mengherankan kalau permasalahan kronis yang menjadi keluhan monoton dari para petani dalam budidaya ternak domba adalah kelangkaan bahan pakan di musim kemarau.
           Sehubungan dengan itu, di dalam makalah ini didiskusikan suatu rekomendasi teknologi pemanfaatan kulit kopi untuk bahan pakan ternak domba. Teknologi rekomendasi penggemukan ternak domba ini merupakan hasil penelitian terapan langsung yang mendemontrasikan pemanfaatan limbah industri biji kopi baik yang tanpa diproses ataupun yang sudah diproses menjadi tape sebagai bahan pakan alternatif untuk ternak domba.
 
B.  Tujuan
Tujuan penerapan teknologi adalah untuk konfirmasi dan mengadaptasikan komponen teknologi pemanfaatan limbah industri biji kopi sebagai bahan pakan ternak domba pada lahan marjinal.

C.  Manfaat
Manfaat dari penerapan teknologi ini adalah sebagai kontribusi ilmiah untuk salah satu rekomendasi teknologi pertanian di Jawa Tengah atau wilayah marjinal lainnya yang memiliki karakteristik lahan serupa, terutama dalam mengatasi masalah kesulitan pengadaan pakan yang sering terjadi pada musim kemarau.



II.                  PENGERTIAN DAN ISTILAH

Limbah kopi yang dimaksud dalam rekomendasi teknologi ini adalah kulit buah (pulp) dan cangkang biji (hull) kopi, yang tercampur karena dalam proses pengelupasan untuk mendapatkan biji kopi osé (tanpa kulit) dilakukan dengan menggiling kopi glondong kering tanpa melalui proses pengelupasan kulit buah (depulping) maupun cangkangnya (dehulling).

Tape kulit kopi, adalah kulit kopi yang telah diproses dengan teknologi fermentasi menggunakan biodecomposer (pemecah hayati) Orgadec yang mengandung jamur tricoderma pseudo koningii dan bakteri cytopaga.

Penggemukan ternak domba adalah pembesaran ternak domba jantan periode pertumbuhan dalam jangka waktu tertentu (maksimum 4 bulan) menggunakan pakan yang diformulasi khusus untuk memenuhi kebutuhan zat gizi guna mencapai tingkat pertambahan bobot ternak yang relatif tinggi.


III.          PELAKSANAAN PENERAPAN TEKNOLOGI

A.      Penyiapan Pakan
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penerapan rekomendasi teknologi pemanfatan limbah industri biji kopi sebagai bahan pakan ternak domba adalah sebagai berikut :
1.   Harus dipilih kulit kopi yang bagus (baru) yang tidak berjamur atau rusak karena tidak terurus (tidak disimpan dengan benar).
2.   Kulit kopi hendaknya digunakan sebagai komponen pakan dalam suatu formulasi bersama bahan pakan lainnya, sehingga dapat memenuhi kebutuhan nutrisi harian ternak domba terutama dalam kecukupan bahan kering, protein tercerna dan energi metabolis.
3.    Karena mengandung zat anti nutrisi berupa lignin, dan racun tannin, cafein, dan senyawa-senyawa toksik lainnya, maka pemberiannya pada ternak domba sebaiknya hanya dalam jangka waktu pendek (paling lama empat bulan). Untuk itu sementara ini pemakaiannya baru dianjurkan untuk program penggemukan.
4.      Proporsi penggunaan kulit kopi dalam ransuman harian untuk ternak domba penggemukan adalah 100g kulit kopi tanpa proses/ekor/hari atau 200 g tapé kulit kopi/ekor/hari.
5.      Tatacara fermentasi (pembuatan tapé) kulit kopi adalah sebagai berikut:
a)      Tahap persiapan :
-   Menyiapkan dan memilih kulit kopi yang masih bagus penampilannya (tidak berjamur dan proporsi cangkang terhadap kulit buah wajar).
-     Menyediakan kotak kayu berukuran 75 x 75 x 100 cm (masing-masing untuk ukuran panjang, lebar, dan tinggi) untuk pemeraman (fermentasi) kulit kopi.
-      Menyediakan pipa pralon atau buluh bambu yang sudah dibuang ruas dalamnya dan dilubang pada bagian dinding sehingga dapat memfasilitasi terjadinya sirkulasi udara dalam kotak fermentasi.
-      Menyediakan probiotik (biodecomposer) dan urea (tidak harus).
-      Menyediakan air bersih.
-      Ruangan untuk pembuatan fermentasi kulit kopi (terhindar dari air hujan dan cahaya matahari).
-  Menyediakan tutup kotak bagian atas (képang atau tabak) yang dapat menjamin terjadinya dekomposisi (pelapukan) kulit kopi secara semi aerobik/anaerobik.
b)      Tahap pembuatan ;
-      Kulit kopi ditimbang (misalnya 1 kwintal).
-      Menimbang biodecomposer sesuai dengan petunjuk pada kemasan pabriknya.
-      Mencampur kulit kopi dengan biodecomposer.
-      Menambah air + tetes tebu (molases, 2% dari bbot kulit kopi) ke dalam campuran tersebut sehingga kelembabannya diperkirakan mencapai 60%.
-      Memasukkan pipa pralon (bambu) dengan posisi berdiri di dalam kotak untuk menjamin terjadinya kondisi aerobic secara merata.
-      Memasukkan kulit kopi yang sudah diberi biodecomposer + tetes + air ke dalam kotak dan di atasnya ditutup képang atau tabak.
-      Melakukan pengamatan perubahan suhu kulit kopi selama pemeraman
-      Apabila kering, maka yang kering ini ditambah air, diaduk lagi, dan pemeraman dilanjutkan.
-      Setelah dua minggu kulit kopi terfermentasi dikeluarkan dan dikering-anginkan sehingga proses dekomposisi berhenti.

         Lebih lanjut, baik kulit kopi tanpa diproses maupun yang sudah diproses menjadi tapé kulit kopi dalam penggunaannya diberikan dalam suatu kombinasi dengan komponen pakan lainnya. Berikut ini (Tabel 1) dicantumkan susunan pakan (diet) yang untuk seterusnya disebut sebagai pakan ternak domba Adkuat- D1 untuk pakan yang mengandung kulit kopi tanpa proses, dan Adekuat-D2 untuk yang mengandung tapé kulit kopi. Sebagai pembanding, di dalam Tabel 1 juga dicantumkan formula pakan yang biasa digunakan oleh petani untuk memberikan ransuman pada ternaknya di pedesaan.
 
Tabel 1. Proporsi komponen dalam pakan Adekuat-D1, Adekuat-D2, dan
Tradisional


  Nama Formula Pakan
  Adekuat-D1 Adekuat-D2 Tradisional
Jenis bahan


(g/ransuman/ekor/hari)


Kulit kopi tanpa proses 100 - -
Tapé kulit kopi - 200 -
Ubi singkong segar - - 500
Ubi singkong kering (gaplèk) 130 100 -
Rumput Gajah 2000 2100 6000
Daun Kaliandra 250 200 -
Daun Glerisidia 200 - -
Garam dapur (Na Cl) Secukupnya Secukupnya -
Total 2.680 2.600 6.500




Estimasi kandungan nutrient :

Bahan kering 684 753 1230
Protein kasar 261
407
Protein tercerna 67 67 22
Energi metabolis - 6,9 7,4 11,1
(MJ/ransuman/hari)
Harga (Rp./ransuman/hari) 1000,28 1000,5 1950


























































   Lebih lanjut, prosedur pengelolaan ternak selama program penggemukan adalah sebagai berikut :
-  Setelah diketahui bobot awalnya, masing-masing ternak diberi obat cacing secara oral menggunakan alat cekok (drencher) dan kemudian dimasukkan ke dalam masing-masing ruangan (panjang 1 m x lebar 0,75m) di kandang penggemukan.
-      Disediakan garam dapur (NaCl) beryodium dalam sebuluh bambu yang telah dikelupas kulitnya dan digantungkan di bagian depan ternak di atas tempat pakan sehingga terjangkau oleh ternak.
-      Rumput dicacah terlebih dahulu dan dicampur dengan daun leguminosa sebelum diberikan pada ternak.
-    Pakan disajikan 3 kali/hari dengan memberikan kulit kopi + gaplèk terlebih dahulu sebelum campuran komponen lainnya diberikan.
          -    Air minum disediakan secukupnya menggunakan tempat air dan apabila ada yang tersisa diganti dengan yang baru setiap hari.
 
 
 
IV.          HASIL KERAGAAN TEKHNOLOGI

Hasil keragaan dari konfirmasi dan adaptasi teknologi ini menunjukkan bahwa rata-rata pertambahan bobot ternak domba yang diberi pakan Adekuat- D1 (mengandung kulit kopi tanpa proses) adalah 62 g/hari. Sementara, ternak domba yang memperoleh pakan Adekuat-D2 (mengandung tapé kulit kopi) mampu mencapai rata-rata pertambahan bobot hidup 101 g/hari. Di lain pihak, ternak domba yang diberi pakan tradisional yang secara rutin diterapkan oleh petani hanya mencapai rata-rata pertambahan bobot 43 g/hari.
           Data ini memberikan konfirmasi bahwa kulit kopi baik dalam kondisi tanpa diproses, lebih-lebih yang telah diproses menjadi tapé kulit kopi, layak untuk dimanfaatkan sebagai komponen pakan penggemukan ternak domba.
 
 
 
V.         KELAYAKAN FINANSIAL

Kelayakan finansial dalam rekomendasi teknologi pamanfaatan kulit kopi untuk pakan domba dihitung berdasarkan prediksi analisis selisih output-input produksi secara parsial, yang belum memperhitungkan faktor-faktor penentu biaya termasuk di antaranya input produksi berupa biaya tenaga usaha dan lainlain dan output produksi dalam bentuk organ pencernaan, kulit, dan residu kandang yang dapat diproses menjadi pupuk organik. Secara ringkas analisis finansial dicantumkan dalam Tabel 2.

Tabel 2. Perhitungan sederhana kelayakan finansial penggemukan ternak
domba selama tiga bulan







Jenis Pakan Biaya Pakan Estimasi Estimasi harga Selisih Antara
produksi jual daging Harga Jual
daging (Rp.45.000,-/kg) Daging - Modal
(kg)1) (Rp) (Rp)
         
Adekuat-D1 90.025,20 10,92 491.268 101.243





Adekuat-D2 90.045,00 12,17 547.656 157.611





Tradisional 175.500,00 10,31 463.797 -11.703






Pada Tabel 2 tercantum bahwa penggemukan ternak domba menggunakan pakan mengandung kulit kopi tanpa diproses (Adekuat-D1) dapat memberikan pemasukan berupa keuntungan Rp. 33.734,-/ekor/bulan. Tampak pula bahwa penggunaan tape kulit kopi sebagai salah satu komponen pakan penggemukan ternak domba (Adekuat-D2) dapat memberikan masukan Rp.52.537,-/ekor/bulan. Di lain pihak penggunaan formula pakan tradisional ternyata menghasilkan neraca keseimbangan usaha negatif. Meskipun demikian, karena para petani umumnya tidak memperhitungkan harga hijauan yang disediakan, maka formula tradisional ini yang umumnya diterapkan seara rutin.




DAFTAR PUSTAKA

Away, Y. 2001. “Orgadec” bioaktivator pengomposan tandan kosong kelapa sawit (TKKS). Prosiding Seminar Sehari dan Demonstrasi Pembuatan Kompos Bioaktif dari Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) dengan menggunakan Bioaktivator “Orgadec”, halaman: 1-11. Unit Penelitian Bioteknologi Perkebunan (UPBP) Bogor.

Hartadi, H. Reksohadiprodjio, S., dan Tillman, A.D. 1997. Tabel komposisi pakan untuk Indonesia. Gajah Mada University Press, Bulaksumur, Yogyakarta.

Mathius, I.W., Haryanto, b., Siregar, M.E. 1991). Makanan. Dalam Petunjuk Praktis Beternak Kambing-Domba sebagai ternak Potong. (Rangkuti, M., A. Setiadi, A. Roesyat, dan S.Solich). Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor. Halaman: 29-46

Prawirodigdo, S., Kustiani, N., dan Haryanto, H. 2007. Introduksi tape kulit kopi dalam pakan ternak domba lokal periode pertumbuhan. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner , halaman: 361-366 (Darmono, E.Wina, Nurhayati, Y.Sani, L.H. Prasetyo, E. Triwulaningsih, I. Sendow, L. Natalia, D. Priyanto, Indraningsih, dan T. Herawati, Editor). Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian, Bogor.

Prawirodigdo, S., Tati Herawati, dan B.Utomo. 2005. Pemanfaatan kulit kopi sebagai komponen pakan seimbang untuk penggemukan ternak domba. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner , halaman: 438-444 (I.W. Mathius, S. Bahri, Tarmudji, L.H. Prasetyo, e. Triwulaningsih, B. Tiesnamurti, I. Sendow, dan Suhardono, Editor). Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian, Bogor.